Jun 18, 2014

Begini Kiat Bisnis Foto Pre-Wedding

Begini Kiat Bisnis Foto Pre-Wedding

Feni Freycinetia Fitriani
Bisnis.com, JAKARTA - Pernikahan merupakan salah satu momen penting dalam perjalanan hidup seseorang. Tak jarang banyak pengantin yang ingin mengabadikan proses pernikahan. Selain mendokumentasikan prosesi pernikahan, kini banyak calon pengantin yang ingin memotret perjalanan kisah cinta mereka. Salah satu caranya adalah membuat foto pra-pernikahan atau yang populer dengan sebutan pre-wedding photo.

Semakin meningkatnya kebutuhan calon pengantin untuk membuat pre-wedding photo membuat bisnis fotografi semakin menggeliat. Hal ini dapat dilihat dengan semakin menjamurnya vendor-vendor khusus di bidang tersebut. Selain menjadi peluang bisnis baru, margin keuntungan yang didapat oleh vendor pun sangat menggiurkan. Itulah sebabnya, para vendor berlomba-lomba menawarkan paket pemotretan pre-wedding beragam harga dan fasilitas untuk menarik perhatian calon pengantin.

Salah satu pelaku usaha yang merengkuh manisnya bisnis foto pre-wedding adalah Arief Noor Hidayat, 28. Dua Pria lulusan Universitas Padjadjaran tersebut mulai menjejakkan kaki di bisnis fotografi pada 2008. Saat itu, mereka membangun sebuah studio foto di daerah Dipati Ukur, Bandung, Jawa Barat, yang dinamai Comes to Arra. Dia lantas mengajak salah satu teman kampusnya Budi Respati, 28, untuk menjadi fotografer.

Arief mengungkapkan, awalnya dia bermaksud untuk fokus sebagai penyedia jasa dokumentasi pernikahan. Namun, dia mengalami berbagai hambatan karena banyak calon pengantin yang sudah memakai jasa dokumentasi dari pihak lain.

“Mulanya saya ingin jadi vendor yang mendokumentasikan prosesi pernikahan. Ternyata bidang ini sulit dimasuki karena biasanya gedung pernikahan dan wedding orgaziner sudah memasukkan dokumentasi foto ke dalam paket pernikahan. Dari situ, saya mencari celah lain dan menemukan potensi di pre-wedding photography,” kata Arief.
Arief mengaplikasikan konsep foto natural untuk layanan pre-wedding photography di studionya. Inspirasi tersebut dia dapatkan kala dia melanjutkan S2 di Inggris. Berbeda dengan foto resepsi yang formal, Arief justru mengaplikasikan konsep natural yang mencerminkan kepribadian calon pengantin. “Tujuan utama klien ingin membuat pre-wedding adalah mengabadikan kisah mereka dari awal ketemu hingga menuju pelaminan. Itu sebab, foto pre-wedding yang kami tawarkan bukan foto yang kaku, melainkan foto yang natural dan kreatif,” ujarnya.

Berdasarkan hal tersebut, Budi Respati, fotografer di Comes to Arra, mengungkapkan tantangan terbesar memotret pre-wedding adalah proses pendekatan ke klien. “Teknik yang diaplikasikan di foto pre-wedding sebenarnya tidak terlalu sulit. Namun, fotografer justu seringkali mengalami kesulitan ketika mengarahkan gaya karena klien bukan model profesional. Fotografer harus pintar-pintar membaca karakter dan membuat suasana menjadi rileks agar calon pengantin bisa berpose sesuai dengan konsep foto yang diinginkan,” kata Budi.

Budi menambahkan, satu hal yang dia lakukan sebelum memotret pre-wedding adalah proses penggalian ide (brainstorming). Di tahap ini, dia bertemu dengan calon pengantin untuk mendiskusikan konsep foto yang mereka inginkan. Apapun konsep yang akan diusung, menurut Budi, harus menghasilkan foto yang bagus. Itulah sebabnya, dia sering kali memberikan gambaran atau solusi ke pada klien.

Untuk memudahkan proses pengambilan gambar, Comes to Arra menyediakan beberapa paket yaitu dalam ruangan (indoor), luar ruangan (outdoor), dan keduanya. Paket-paket tersebut dibandrol mulai dari Rp5,5 juta – Rp12,5 juta. Setiap paket akan mendapatkan jasa pemotretan selama satu hari, 1 buah photobook, 6 buah foto cetak besar .

Untuk jumlah klien, Arief mengungkapkan, setidaknya ada 15-20 klien yang dia foto setiap bulannya. Lokasi pemotretan pun berbeda-beda, mulai dari Bandung, Jakarta, hingga luar negeri. “Saya pernah mendapat klien yang meminta untuk difoto di Singapura, Turki, hingga Inggris. Untuk di luar Jakarta dan Bandung, akomodasi dan transportasi ditanggung oleh klien,” tutur Arief.
Ketika ditanya soal keuntungan, pria berkacamata ini mengatakan margin keuntungan yang dia dapat berkisar 30%. Keuntungan tersebut sudah dipotong oleh biaya gaji karyawan dan produksi cetak foto. Merujuk dari fakta ini, Arief mengungkapkan bisnis foto pre-wedding sangat menjanjikan. Saat ini, pre-wedding adalah penyumbang pendapatan terbesar di studionya. “Porsi pre-wedding bisa mencapai 50% persen. Sisanya untuk foto profil perusahaan dan produk,” tutupnya.
Editor : Setyardi Widodo

sumber :http://m.bisnis.com/tips-bisnis/read/20140102/263/195140/begini-kiat-bisnis-foto-pre-wedding


No comments:

Post a Comment