Jun 21, 2014

20 Tips Foto Portrait

20 Tips Foto Portrait

foto portrait
Foto portrait, foto potret atau foto wajah seringkali adalah foto yang paling sering kita hasilkan. Kalau anda memiliki keluarga, saya yakin merekalah obyek foto yang paling sering ada dan mudah tersedia. Begitu juga kalau anda memiliki pacar, sahabat dll. Dalam artikel ini akan kita bahas 20 tips foto portrait. Silahkan:Silahkan:

1. Fotolah mereka di tempat yang membuat mereka nyaman.

Pernah mencoba memotret kakek anda di studio foto? canggung bukan. Sekali waktu cobalah foto mereka di lingkungan kerja mereka, misal di rumah saat membaca koran, dikantor saat bekerja. Foto portrait anak-anak adalah contoh termudah: saat mereka sedang bermain dengan mainan favoritnya, saat mata mereka terlihat ceria, potretlah.

2. Fotolah Anak-anak dari ketinggian yang sama dengan mata mereka.

Jongkoklah dan buat lensa sejajar dengan mata mereka, baru ambil foto mereka. Baca juga tips memotret anak-anak.

3. Maksimalkan pencahayaan dari jendela.

Tidak masalah jika kita tidak memiliki flash eksternal atau lighting yang canggih, jutsru kita bisa memaksimalkan pencahayaan alami, gunakan cahaya yang melewati jendela anda. Posisikan obyek foto disamping jendela sehingga cahaya dari jendela menerpa wajah darri arah samping, bukan tegak lurus ke wajah.

4. Hindari penggunaan on-camera flash.

On camera flash adalah flash bawaan yang menempel dikamera anda. Karena cahaya yang keluar dari flash ini arahnya tegak lurus dengan wajah maka pencahayaan akan bersifat keras dan datar yang bukannya memperindah wajah obyek foto justru membuatnya terlihat keras.

5. Overexpose foto dengan sengaja.

Dengan sengaja menaikkan eksposure kamera untuk memotret wajah membuat wajah terlihat lebih putih, bersih dan terkesan modern. Kalau anda amati foto-foto wajah di majalah cenderung memakai teknik ini. Teknik overexpose sengaha ini juga sering disebut high key.

6. Ajak bicara obyek foto.

Dengan mengajak bicara si obyek foto , kita memecahkan ketegangan dan membuat wajah mereka lemas, syukur-syukur bisa membuat mereka tersenyum lepas. Anda bisa menanyakan hal-hal standar meskipun garing, misal :”Dulu saat masih kecil aku suka mencuri buah di halaman rumahmu loh?” atau “Aku lihat nilai UN kamu 9 semua, gimana caranya?”. (Garing banget ya? saya tahu saya memang garing)

7. Kalau obyek fotonya benar-benar pemalu, kasih pasangannya.

Seringkali kita bertemu obyek foto yang benar-benar tidak tahu pencitraan, begitu lensa mengarah ke wajah mendadak mereka mati gaya. Kasih mereka teman, bisa sahabatnya, pacarnya, istrinya atau anaknya.

8. Ketahui tujuan pemotretan.

Pastikan kita tahu buat apa foto itu nantinya. Jika digunakan untuk membuat foto profil facebook, gunakan orientasi vertikal. Jika anda memotret untuk undangan pernikahan usahakan dalam orientasi landscape (horisontal) sesuai orientasi undangannya.

9. Memotret di siang bolong tidak masalah asal anda tahu triknya.

Untuk memotret di siang bolong, posisikan obyek foto membelakangi matahari, lalu gunakan mode spot metering (baca tentang metering). Ambil pengukuran di area mata atau hidung lalu potret. Background akan overexposed, tapi wajah akan bagus.

10. Buat komposisi lalu fokus dan bukan sebaliknya

Aturlah komposisi foto, kalau anda sudah mantap barulah ambil fokus di area mata lalu baru foto.

11. Kasih si model mainan.

Menjadi obyek foto alias model itu bukan pekerjaan gampang, kalau kita memotret ukurannya jelas: eksposur-komposisi-cahaya dll, kalau model tidak ada yang terukur pasti. Hanya ada mereka versus si fotografer + lensa moncong besar. Untuk membantu mereka rileks, bawalah beberapa prop (dari property), misal: bunga, topi, permen karet, mainanan anak, kursi, buku dll. Dengan begitu mereka bisa bermain-main dengan prop tadi dan menjadi rileks.

12. Saat memotret kelompok, arahkan fokus di orang yang terdekat dengan kamera.

Anda akan menyesalinya jika tidak, arahkan fokus di muka orang yang terdekat dengan kamera. Kalau andamengarahkan fokus di tempat lain, biasanya wajah orang terdekat akan sedikit tidak fokus jika kita menggunakan aperture besar.

13. Periksa ketajaman foto dengan mengecek bulu mata.

Agak susah mengecek tajam tidaknya foto dari LCD kamera, tapi tetap bisa dikerjakan. Zoom foto semaksimal mungkin lalu scroll ke arah bulum mata atau alis. Kalau anda bisa melihat masing-masing bulu mata terlihat tajam berarti foto anda akan super tajam, kalau tidak, jangan malas… ulangi. (baca tips agar foto selalu tajam)

14. Kalau anda hobi foto portrait, beli vertical grip.

Selain memberi ekstra batere, vertical grip juga sangat memudahkan kita dalam mengkomposisi foto dengan orientasi vertikal. Selain itu tangan menjadi lebih lincah saat beroperasi dalam orientasi vertikal.

15. Untuk foto candid, gunakan lensa tele.

Untuk membuat foto candid yang baik, anda harus “menghilang” dari lokasi. Artinya orang tersebut tidak akan begitu sadar akan keberadaan anda mengincar wajahnya. Dalam sebuah acara: wedding, pesta atau kumpul-kumpul, keluarkan lensa tele anda dan “menghilanglah” dari lokasi. Anda bisa memotret orang tersebut dari kejauhan tanpa dia menyadarinya sehingga ekspresinya benar-benar lepas dan spontan.

16. Untuk foto portrait jalanan (street), gunakan lensa kecil dan kamera kecil.

Berkeliaran dijalan atau pasar dengan lensa monster dan kamera kelas kakap akan membuat nervous orang-orang, maka gunakan lensa dan kamera yang tidak terlalu mencolok.

17. Beromunikasilah secara jelas.

Kemampuan berkomunikasi secara jelas adalah syarat penting untuk fotografer portrait. Interaksi yang baik dengan model akan membantu kita menghasilkan foto yang bagus, begitu pula saat mendiskusikan konsep pemotretan, menentukan lokasi, jenis pakaian dll.

18. Manfaatkan reflektor cahaya alami.

Saat memotret di pantai dengan pasir putih, pasir putih adalah reflektor alami yang bagus. Saat memotret di kota, kita bisa memanfaatkan mobil warna silver atau tembok. Saat memotret di danau, air adalah pemantul cahaya alami. Jangan menyerah jika anda lupa membawa atau memang tidak punya reflektor.

19. Tunggu saat mendung.

Saat mendung adalah saat yang bersahabat bagi fotografer portrait. Mendung membuat cahaya matahari menjadi rata dan lembut karena mendung menjadi reflektor raksasa di atas sana.

20. Saat memotret anak-anak yang bermain, gunakan continous mode.

Memotret anak-anak yang sedang main bola, berlarian atau bermain lompat tali membutuhkan kecepatan. Gunakan shutter priority, set shutter yang cepat. Lalu ubah mode ke continous mode.

sumber: http://belfot.com/20-tips-foto-portrait/

Jun 20, 2014

Apa Itu Kamera Mirrorless??

Kamera Mirrorless

Kamera mirrorless
Kamera mirrorless alias Mirrorless Interchangeable-Lens Camera (MILC) atau Kamera Tanpa Cermin Dengan Lensa Yang Bisa Diganti-ganti (apa tuh singkatannya dalam Bahasa Indonesia?) alias Compact Camera System alias Electronics Viewfinder with Interchangeable Lens (EVIL) -duh banyak banget istilahnya – adalah salah satu kelas sistem kamera digital yang mulai menanjak popularitasnya sejak pertama kali dimunculkan di sekitar 2008. Jawaban singkat dari pertanyaan “Apa sih Kamera Mirrorless?” adalah kamera yang mirip DSLR namun tidak memakai cermin. Nah untuk jawaban panjang, silahkan baca lebih lanjut.

Background

Belum lama pertanyaan klasik, ‘Kamera apa yang sebaiknya saya beli?’ memiliki jawaban yang relatif simpel namun memiliki konsekuensi berat: mau kamera DSLR atau kamera saku?. Kalau priotitasnya adalah kualitas hasil foto terbaik, kecepatan dan kontrol manual penuh, maka pilihannya kamera DSLR. Sementara kalau prioritas kita adalah ukuran kecil, enteng, gampang dipakai, harga terjangkau maka pilihannya jatuh ke kamera saku dengan pengorbanan kualitas foto yang lumayan besar.
Jalan tengah juga berusaha dimunculkan oleh produsen kamera dengan kelas kamera superzoom, meskipun kamera superzoom masih jauh dari ideal untuk menjadi kamera jalan tengah mengingat ukuran sensornya yang kecil. Anda bisa membaca lagi perbedaan Kamera DSLR, Kamera Saku dan Kamera Superzoom disini.

Kamera Jalan Tengah

Namun sejak dimunculkannya kamera mirrorless, banyak orang menganggap bahwa jalan tengah ideal sudah mulai terlihat arahnya. Kamera mirroless memiliki karakteristik sebagai beriku:
  1. Ukuran relatif lebih kecil dan ringkas
  2. Jauh lebih ringan
  3. Kualitasnya hasil fotonya tidak jauh-jauh amat dari DSLR
  4. Ukuran sensornya setara DSLR kelas menengah
  5. Memiliki opsi mengganti lensa
  6. Harganyapun tidak semahal kamera DSLR (mmm, kecuali Leica dan Fujifilm X)

Perbedaan Mirrorless Dengan DSLR

Kamera mirrorless dslr
Cara kerja kamera DSLR membutuhkan cermin (mirror) untuk memunculkan gambar di viewfinder, baca lebih detail cara kerja kamera DSLR disini. Nah kamera mirrorless didapat dengan membuang cermin yang ada di DSLR. Konsekuensinya adalah menghemat ukuran dan berat kamera (serta menghemat harga), namun kita kehilangan viewfinder optik, oleh karena itu kamera mirrorless menggunakan sistem viewfinder elektronis (EVF – electronic viewfinder), kecuali Leica dan Fujifilm yang memiliki viewfinder optik. Kualitas foto kamera mirrorless juga tidak kalah dengan DSLR karena ukuran sensor yang relatif sama

Pilihan Kamera Mirrorless

Pada saat artikel ini ditulis (Juli 2012), dipasaran tersedia beberapa pilihan sistem kamera mirrorless, paling tidak ada tujuh jenis sistem kamera dari hampir semua produsen kamera kecuali Canon (di Indonesia, merk Epson dan Ricoh jarang tersedia). Mereka adalah:
  1. Leica M
  2. Micro Four-Third: Olympus OMD dan PEN
  3. Micro four third: Panasonic G
  4. Samsung NX
  5. Sony NEX
  6. Nikon 1
  7. Pentax Q dan K
  8. Fujifilm X

Sudah Matangkah Sistem Kamera Mirrorless?

Membeli kamera mirrorless juga sama dengan membeli kamera DSLR, kita butuh membangun sistem kamera lengkap: membeli body kamera itu sendiri, membeli lensa yang sesuai serta aksesorisnya. Oleh karena itu kita menganggapnya sebagai investasi jangka panjang.
Kalau kamera SLR Digital (DSLR) sudah ada sejak 15 tahun yang lalu dan sistem SLR film sudah ada sejak 50 tahun yang lalu, maka kamera mirrorless baru ada sejak 3 atau 4 tahun yang lalu (lihat saja nama aliasnya begitu banyak kan?), jadi masih akan banyak terobosan dan penyempurnaan yang akan dibuat. Terutama masalah kecepatan, akurasi dan viewfinder. Yang jelas kamera mirroless makin hari makin populer (lihat saja di toko kamera) dan memiliki daya tarik tersendiri mengingat dengan paket yang lebih ringkas sehingga enak dibawa kemana saja, mereka mampu menghasilkan foto yang juga bagus dan memiliki kontrol ala DSLR.

Sumber :http://belfot.com/kamera-mirrorless/

Wedding Photography Bagi Fotografer Pemula

Wedding Photography Bagi Fotografer Pemula

Tips Fotografi - Apakah sobat pernah dalam posisi seperti ini: Baru memasuki dunia fotografi dan mendapat tawaran untuk pertama kalinya memotret sebuah acara pernikahan? Dalam hati pasti sedikit merasa kebingungan dan mencari-cari tips bagaimana mengabadikan sebuah momen pernikahan yang begitu sakral dan penting bagi pasangan pernikahan tersebut. Artikel kali ini akan membahas sedikit tentang tips bagaimana memotret sebuah acara pernikahan bagi fotografer pemula, dan Kami berharap bisa bermanfaat. Jika Sobat mencari penjelasan teknis, maka kalian tidak akan menemukannya dalam artikel ini, kami menganggap Sobat telah memahami dasar-dasar fotografi seperti konsep exposure triangle, komposisi dasar dan lain-lain.


Don't Piss Me Off!

Tips Fotografi Pernikahan

1. Buatlah daftar Foto yang akan kalian ambil.

Salah satu saran yang bisa sangat membantu tentang Wedding Photography adalah meminta pasangan tersebut untuk memikirkan foto-foto seperti apa yang mereka inginkan pada saat acara pernikahan. Ini akan sangat membantu pada saat pemotretan bersama keluarga, tentunya Sobat tidak ingin ketika menyerahkan hasil foto yang bagus tetapi kalian tidak menyertakan salah satu anggota keluarga dalam foto-foto tersebut bukan?

2. Memilih koordinator foto

Memotret seluruh anggota keluarga pada saat acara pernikahan bisa terasa merepotkan loh! Biasanya kebanyakan dari mereka berjalan kesana kemari menemui anggota keluarga lain, teman, kolega dan lain-lain. Parahnya lagi Sobat pasti tidak mengenal satu-satu anggota keluarga tersebut, ditambah lagi ada dua keluarga yang berkumpul baik itu dari pihak laki-laki maupun perempuan. Mintalah pada pasangan tersebut seorang foto koordinator yang mengenal seluruh anggota keluarga, dan lebih baik dipilih dari salah satu anggota keluarga mereka. Foto koordinator bisa membantu Sobat ketika mengumpulkan mereka untuk sesi pemotretan.

3. Kunjungi lokasi acara

Kunjungi semua lokasi pernikahan dimana kalian akan memotret sebelum acara berlangsung. Memang beberapa fotografer wedding profesional tidak melakukannya, tetapi ini akan sangat membantu untuk mengetahui darimana kita memotret, merencanakan angle atau frame foto yang akan kita ambil dan melihat bagaimana kondisi pencahayaan pada waktu yang sama ketika acara pernikahan. Cobalah mengajak pasangan turut serta melihat lokasi, dan mencoba mengambil beberapa foto, siapa tahu bisa menjadi foto 'Pra-Wedding'.

4. Persiapan adalah kunci dari Wedding Photography

Potensi kesalahan besar terjadi pada saat acara pernikahan, jadi Sobat harus membersiapkan diri dengan baik. Buatlah rencana cadangan (jika pernikahan outdoor dan cuaca buruk), pastikan baterai diisi penuh, memory card benar-benar kosong, pikirkan tentang rute atau urutan pemotretan sehingga Sobat mengetahui momen apa yang terjadi berikutnya. Datanglah pada acara gladi resik jika memungkinkan dan memang jika ada acara tersebut, dari situ kalian bisa mengumpulkan informasi tentang posisi memotret, pencahayaan, urut-ututan acara dan lain-lain.

5. Ketahui apa yang menjadi harapan kedua pasangan terhadap hasil foto kalian

Tunjukkan hasil foto atau portofolio kalian pada mereka. Ketahui apa yang ingin mereka dapatkan, berapa banyak foto yang mereka inginkan, acara apa saya yang tidak boleh terlewatkan dan bagaimana foto tersebut digunakan. Pastikan kalian membuat semacam perjanjian atau deal harga jika kalian mengenakan biaya untuk Wedding Photography.

6. Matikan suara yang ada pada kamera digital kalian.

Jangan pernah menambahkan bunyi-bunyi Beep pada saat khidmadnya acara pernikahan. Matikan semua fitur suara sebelum acara pernikahan.

7. Potretlah detail-detail kecil

Ambillah gambar cincin, pernak-pernik kebaya atau gaun penganti, bunga, penataan meja dan lain-lain. Ini akan memberikan warna dan dimensi pada album pernikahan. Cobalah membuat sebuah album dengan format Wedding Magazine agar lebih memiliki mood ketika pasangan tersebut melihat album tersebut.

8. Gunakan dua kamera

Berusahalah mendapatkan kamera lain, entah itu dengan cara memohon atau meminjam ke orang lain. Gunakan dua lensa yang berbeda pada setiap kamera. Idealnya satu kamera dilengkapi dengan lensa wide (bagus untuk candid dan ruang sedikit sempit), dan satu lagi dengan lensa zoom (kalau bisa gunakan lensa yang memiliki focal length maksimal 200mm).

9. Pertimbangkan menggunakan Fotografer kedua.

Memiliki fotografer cadangan bisa menjadi strategi yang bagus, hal ini berarti Anda tidak akan bergerak atau berpidah tempat terlalu banyak pada saat acara pernikahan. Satu fotografer mengambil foto formal, dan satu lagi mengambil foto candid. Memotret sendirian akan memberikan tekanan tersendiri karena kalian akan dituntut menghasilkan foto-foto bagus disetiap momen pernikahan.

10. Berani tetapi jangan terlalu mencolok

Sikap ragu-ragu atau malu-malu tidak akan memberikan foto yang kalian cari, terkadang Sobat harus sedikit berani untuk menangkap momen, bagaimanapun juga timing merupakan segalanya dan berpikirlah untuk mendapatkan posisi yang tepat saat momen penting sehingga tidak mengganggu jalannya acara pernikahan. Bergerak atau berkelilinglah secara efisien, seperti berpindah tempat pada saat pemutaran lagu atau pidato sambutan. Bersikaplah berani ketika mengambil foto-foto penting, terutama foto yang diinginkan oleh kedua pasangan.

11. Pelajari bagaimana memanipulasi cahaya.

Kemampuan untuk memantulkan atau menyebarkan (diffuse) cahaya flash merupakan kunci dalam Wedding Photography. Sobat pasti banyak menemui sebuah acara pernikahan di dalam gedung yang memiliki kondisi pencahayaan rendah atau temaram, jika kalian diijinkan untuk bisa menggunakan flash (beberapa tempat seperti gereja tidak memperbolehkan) lihatlah apakah memungkinkan untuk memantulkan cahaya flash ke langit-langit gedung? (ingatlah bahwa memantulkan cahaya flash pada dinding dengan permukaan bewarna akan merubah warna hasil foto kalian), atau pertimbangkan juga menggunakan difuser agar cahaya flash lebih lembut. Gedung acara pernikahan tidak mengijinkan penggunaan flash? maka kalian setidaknya menggunakan lensa cepat dengan aperture lebar atau meninggikan pengaturan ISO. Sebuah lensa yang memiliki fitur image-stabilisation (IS/VR) akan sangat membantu.

12. Gunakan format RAW

Kebanyakan fotografer tentu merasa tidak memiliki cukup waktu untuk menggunakan format RAW, mengingat butuh proses lebih panjang dalam paska pemotretan, tetapi acara pernikahan terjadi sekali seumur hidup dan RAW akan sangat berguna karena memiliki fleksibilitas lebih tinggi dalam memanipulasi foto setelah pemotretan. Acara pernikahan terkadang memiliki nuansa pencahayaan yang 'tricky', maka dari itu RAW merupakan pilihan bagus guna memanipulasi exposure serta white balance menggunakan perangkat lunak.

13. Lihat hasil foto kalian pada saat acara resepsi

Salah satu keunggulan fotografi digital adalah kesiapan media. Beberapa fotografer bahkan selalu membawa notebook atau laptop pada saat acara resepsi pernikahan. Mereka melihat kembali dan membuatnya sebagai slideshow, dan memutarnya pada saat acara malam hari.

14. Pertimbangkan penggunaan background foto.

Salah satu tantangan dalam Wedding Photography adalah semua orang selalu bergerak kesana kemari, dan ini berarti background foto kalian juga akan berganti-ganti bukan? Idealnya cari BG yang teduh, rapi dan tidak ada elemen-elemen benda yang bisa mencuri perhatian penikmat foto pernikahan tersebut.

15. Jangan fembuang foto-foto jelek

Salah satu keunggulan dalam fotografi digital adalah kemudahan mereview foto-foto yang sudah kita ambil, kita bisa dengan muda menghapus foto-foto yang dianggap jelek. Sobat perlu ingat bahwa, foto pada nantinya bisa di-crop atau dimanipulasi untuk memberikan kesan seni atau abstrak dan bisa ditambahkan pada album pernikahan.

16. Merubah prespektif

Berusahalah untuk sedikit kreatif dengan jepretan-jepretan kalian. Memang pada nantinya foto-foto dalam album akan berupa foto-foto formal atau pose formal, tetapi pastikan kalian untuk menyisipkan foto-foto dengan angle pemotretan dari bawah, atas, dengan wide angle dan lain-lain.

17. Fill Flash

Ketika memotret di luar ruangan pada saat setelah acara pernikahan atau saat sesi pemotretan, Sobat mungkin sebaiknya tetap membawa flash kalian turut serta, dan gunakan teknik fill flash. Atur kekuatan atau power flash sebanyak satu atau dua stop agar foto tidak terlalu blow-out, tetapi fill flash adalah suatu keharusan ketika pada kondisi subyek yang backlit (terkena cahaya matahari dari belakang) atau pada saat siang hari yang akan mengakibatkan banyak bayangan kuat.

18. Mode Continuous Shooting

Kamera dengan fitur memotret dalam jumlah banyak pada satu waktu akan sangat bermanfaat pada acara pernikahan, jika kamera kalian mendukung fitur tersebut, maka gunakanlah. Terkadang foto kedua dari sequence foto adalah foto yang terbaik, karena mereka tampak santai dan telah beradaptasi pada momen tersebut.

19. Berharap apa yang tidak diharapkan

Rencana sempurna pun pada prakteknya bisa saja terjadi kesalahan, tetapi kesalah tersebut bisa menjadi momen yang sempurna di acara pernikahan. Banyak sekali kesalahan yang bisa terjadi pada saat acara pernikahan, seperti cincin yang terselip dan sulit ditemukan, turun hujan ketika acara resepsi berakhir dan lain-lain.
Momen seperti ini tentu akan menyebabkan sebuah kepanikan, tetapi momen seperti inilah yang bisa menciptakan kenangan yang tidak terlupakan. Cobalah mengabadikan momen tersebut, dan kalian akan mendapatkan foto-foto lucu yang membuat mereka tertawa.

20. Bersenang-senanglah

Wedding atau pernikahan adalah sebuah perayaan, dan perayaan seharusnya menyenangkan bukan? Semakin Sobat merasa senang sebagai seorang fotografer, maka percayalah kalian akan semakin santai ketika memotret.

Sumber :http://www.infotografi.com/2012/10/wedding-photography-bagi-pemula.html

Belajar fotografi pakai kamera DSLR pemula atau langsung yang canggih?

Belajar fotografi pakai kamera DSLR pemula atau langsung yang canggih?

by Enche Tjin on Oktober 3, 2013

Sering saya mendapatkan pertanyaan apakah sebaiknya pemula dalam hobi fotografi sebaiknya membeli kamera DSLR pemula atau yang canggih sekalian? Saya pribadi menyarankan membeli kamera untuk pemula terlebih dahulu meskipun kita memiliki dana yang cukup untuk kamera yang lebih canggih.
Alasan dari calon pembeli yang ingin membeli kamera yang canggih biasanya karena tidak mau ganti-ganti kamera di masa depan, tapi teknologi kamera terus berkembang, upgrade kamera di masa depan tidak terelakkan, namun, bagaimana kita bisa tahu bahwa kamera canggih sasaran kita akan memenuhi kebutuhan fotografi kita?
Biasanya, calon pembeli peduli dengan kualitas gambar yang dihasilkan. Kamera canggih dianggap dapat membuat foto dengan kualitas yang lebih bagus. Sebenarnya, jika dikaji dari kualitas gambar, perbedaan antara kamera DSLR pemula dengan kamera canggih yang memiliki ukuran sensor gambar yang sama tidak berbeda atau tidak jauh bedanya. Kamera DSLR Canon 550D, 600D, 60D sampai 7D kualitas gambarnya kurang lebih sama. Dalam hal ini, teknik fotografi dan kualitas lensa lebih menentukan kualitas gambar.
KELEBIHAN – KEKURANGAN KAMERA DSLR PEMULA
Kamera pemula memiliki antarmuka desain yang lebih sederhana dan ilustratif. Misalnya di Nikon D3200 atau D5200, kita bisa melihat ilustrasi bukaan lensa saat mengganti nilai bukaannya (f). Angka-angkanya juga lebih komplit, misalnya shutter speed ditulis 1/100 detik dan angka bukaan lensa  f/8. Di kamera canggih, nilai shutter speed disingkat menjadi 100 dan bukaan lensa menjadi 8.0
Ada panduan dan peringatan juga. Misalnya di kamera DSLR pemula Canon, setiap mengganti mode kamera atau fungsi kamera, akan muncul sedikit ulasan tentang mode dan fungsi kamera tersebut. Di kamera DSLR Nikon pemula, ada peringatan jika setting yang kita tetapkan akan menyebabkan subjek foto terlalu gelap atau terlalu terang.
Tentunya, DSLR pemula juga memiliki lebih banyak fungsi AUTO-nya yang akan mencoba menyesuaikan setting kamera terbaik dengan subjek foto/pemandangan. Keuntungan lain dari kamera pemula adalah biasanya ukurannya relatif  ringan dan ringkas.


Antarmuka Nikon D5200 yang ilustratif. Gambar bukaan/diafragma akan membesar dan mengecil sesuai dengan nilai F yang disetting.
Antarmuka Nikon D5200 yang ilustratif. Gambar bukaan/diafragma akan membesar dan mengecil sesuai dengan nilai F yang disetting. 
 
KELEBIHAN – KEKURANGAN KAMERA DSLR CANGGIH
Sebenarnya, langsung membeli kamera digital yang canggih juga dapat mengantarkan kita ke tujuan kita. Keuntungan dari langsung membeli kamera digital canggih adalah memiliki badan kamera yang lebih kokoh. Biasanya dibuat oleh bahan plastik yang lebih keras atau logam magnesium alloy. Ada LCD tambahan membantu untuk melihat setting-setting kamera dengan cepat dikondisi apa saja, gelap ataupun terang. Kamera canggih juga biasanya memiliki kinerja lebih cepat, dan daya tampung buffer foto berturut-turut yang lebih lapang. Baterai yang digunakan juga lebih besar sehingga dapat memotret lebih lama sebelum mengganti baterai/cas.
Kekurangannya, kamera canggih lebih sulit dipelajari karena lebih sedikit panduan di kamera, penulisan setting biasanya disingkat-singkat dan dilambangkan dengan simbol-simbol saja, sehingga pemula perlu lebih banyak mengingat/menghapal. Tombol-tombol dan menu item yang banyak juga dapat membuat pusing.
Bagi yang hanya ingin mengunakan kamera tanpa mempelajari dasar fotografi, tentunya tidak tepat membeli kamera yang sangat canggih, karena fungsi otomatisnya tidak banyak atau malahan tidak ada sama sekali. Contohnya Nikon D700 dan D800 tidak memiliki mode Full Auto / Scene Mode. Di lain pihak, kamera Canon 5D mark III tidak memiliki lampu kilat terpasang, yang kadang-kadang praktis digunakan untuk memotret subjek dalam posisi backlight.

 Cari fungsi Auto di kamera DSLR canggih Nikon D800? Sayang sekali, gak ada tuh, yang ada tombol2 fungsi lainnya.
Cari fungsi Auto di kamera DSLR canggih Nikon D800? Sayang sekali, gak ada tuh, yang ada tombol2 fungsi lainnya.

REKOMENDASI
Kamera digital saat sekarang perbaharuannya juga cepat, setiap kali produsen kamera membuat kamera baru yang lebih canggih, kamera lama turun harga, dalam setahun, kurang lebih penyusutan harga kamera bekas sebesar 20% pertahun. Dengan mengunakan kamera DSLR pemula terlebih dahulu, kita dapat menghemat. Saat kita sudah menguasai fotografi dan siap untuk upgrade, kita bisa membeli kamera yang lebih tepat sesuai yang kita butuhkan. Tidak semua orang membutuhkan kamera canggih, dan orang yang membutuhkannya, memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Secara alami, kita akan mengetahui kamera canggih yang kita perlukan dari pengalaman yang didapatkan saat mengunakan kamera pemula.
Maka itu, saya sarankan bagi yang baru ingin belajar untuk mengunakan kamera pemula terlebih dahulu, setelah menguasai semua tombol, fungsi, menu kamera dan mempelajari teknik fotografi yang baik baru upgrade ke kamera yang lebih canggih. Dengan demikian perjalanan belajar fotografi kita lebih mulus jalannya. Bagi yang sudah terlanjur memiliki kamera DSLR canggih, jalan memang lebih terjal, tapi jangan menyerah meskipun perlu lebih  semangat lagi untuk belajar.
Jangan lewatkan jadwal belajar fotografi, editing dan tour infofotografi.

ISO 80, f/2.8, 1/190 detik, Ricoh GRD IV , editing monochrome sepia via Adobe Lightroom
Jalan berbatu-batu dan terjal, tapi masih bisa ditempuh, semangat! – ISO 80, f/2.8, 1/190 detik, Ricoh GRD IV , editing monochrome sepia via Adobe Lightroom


- See more at: http://www.infofotografi.com/blog/2013/10/belajar-fotografi-pakai-kamera-dslr-pemula-atau-langsung-yang-canggih/#sthash.j19j2P6l.dpuf


Jun 19, 2014

Belajar Strobe dan Pencahayaan Untuk Pemula


Belajar Strobe dan Pencahayaan Untuk Pemula

 Pernahkah kamu melihat sebuah foto, terutama portrait, dan bertanya-tanya bagaimana fotografernya mendapatkan pencahayaan yang begitu sempurna untuk objeknya? Kamu mungkin bertanya “Flash apa sih yang dipakainya?” atau “Bagaimana pengaturan di kameranya untuk bisa mendapat pencahayaan seperti itu?” Rahasianya adalah: strobe. Apa itu? Mungkin kamu mengenalnya sebagai lampu studio. Kamu juga bisa menggunakannya. Tapi sebelum kamu menyewa perlengkapan lighting, kita pelajari dulu bagaimana cara kerja dan penggunaannya.

aldi & shelly

1. Bagaimana mereka melakukannya
Intinya, rahasia mendapatkan pencahayaan yang sempurna di lokasi yang sepertinya tidak mungkin disinari matahari dengan baik, adalah strobe.
Strobe adalah cahaya – yang berfungsi sebagai flash pada kamera dSLR – yang secara spesifik ditempatkan dan diarahkan ke sebuah objek. Perbedaan antara strobe dan built-in flash (atau flash yang ‘tertanam’ dalam kamera) adalah bahwa flash tersambung langsung dengan kamera – yang berarti bagaimanapun kamu menyesuaikan kamera, flash akan selalu ditembakkan dari arah yang sama dengan arah lensa, sehingga meninggalkan bayangan pada apapun yang ada di belakang objek, dan merusak foto, menghasilkan cahaya yang tidak nyata pada objek. Sedangkan strobe, kebalikannya, bisa ditempatkan dimanapun kamu inginkan, memungkinkannya untuk menambahkan cahaya dari bawah/atas/kiri/kanan objek dengan sinar yang lebih nyata dan lembut sehingga foto lebih enak dilihat.

2. Kenali kebutuhanmu
Sekarang kamu sudah tahu pentingnya menggunakan strobe, dan berikut daftar perlengkapan yang kamu perlukan untuk mempelajari teknik ini:
  • Sebuah strobe/Light Head. Inilah yang akan memberi cahaya awal untuk peneranganmu.
  • Sebuah diffuser. Biasanya putih, gunanya menyebarkan cahaya keras yang datang dari strobe. Ada banyak jenis diffuser, Octobox dan Softbox adalah yang paling populer.
  • Sync Cord. Ini adalah kabel yang digunakan untuk menyambungkan kamera dengan strobe, sehingga strobe bisa bekerja seperti flash. Kabel ini akan selalu datang satu paket dengan strobe. Tapi ada juga sitem wireless yang memakai transmitter & receiver.
  • Hot Shoe Adapter. Hanya dibutuhkan bila kamu menggunakan sistem dengan sambungan kabel.
  • Baterai Portable. Hanya diperlukan bila kamu melakukan pemotretan dimana tidak ada sambungan listrik.
Setelah semua perlengkapan siap, kamu bisa mulai belajar menggunakannya.
fotonela
3. Menyesuaikan kamera
Setelah mengatur sistem pencahayaan, kita siap untuk mengatur setting kamera sehingga bisa bekerja sama dengan lighting tambahan. Tiga elemen terpenting yang perlu disesuaikan adalah aperture (F-Stop), shutter speed, dan ISO.
Karena kita akan menggunakan jumlah cahaya yang besar lewat strobe, maka kita harus mengatur aperture agar cahaya tambahan ini tidak membuat foto menjadi over-exposed. Umumnya, aperture yang dibutuhkan pada kondisi seperti ini sekitar f/8 – f/12.
Untuk shutter speed, diperlukan angka sekitar 1/200 detik. Ini akan memberi strobe cukup waktu untuk menerangi seluruh frame sementara shutter speednya cukup cepat untuk menghasilkan foto yang tajam, tanpa motion blur.
ISO mungkin adalah elemen paling penting dari foto, karena bisa membuatnya berhasil atau malah rusak. Pada situasi penggunaan strobe, dibutuhkan ISO sekitar 100 – 400.

4. Menempatkan & mengarahkan lampu
Pencahayaan sangat penting untuk kesuksesan foto. Kamu harus paham bahwa sekedar mengarahkan lampu ke arah objek tidak akan menjamin hasil yang sempurna. Lampu bisa ditempatkan di posisi manapun yang diinginkan untuk menambah jumlah cahaya yang tepat pada objek. Kamu perlu memikirkan dimana harus memposisikan lampu untuk mengangkat profil terbaik dari objek. Cahaya matahari bisa dimanfaatkan untuk mendukung strobe. Biasanya pengaturan awal adalah meletakkan lampu sekitar 1,5-2m dari kamera, yang berarti antara 1-6m dari objek. Tempatkan lampu di kiri atau kanan kamera; dimanapun yang tidak menimbulkan bayangan yang bisa tertangkap kamera. Kamu bisa coba meletakkan strobe 1,5m di kanan kamera lalu mengarahkannya ke objek. Ini akan memberikan cahaya pada bagian samping objek, bukan di depan, sehingga bisa memberikan kesan indah, nyata, dan bersih pada foto.

5. Kesimpulan: kreatiflah
Sekarang setelah kamu sudah punya pengetahuan teknis, saatnya bersenang-senang dan jadi kreatif. Dari arah mana kamu ingin cahaya datang? Apakah kamu suka backlight (seperti foto paling atas di artikel ini)? Apakah kamu ingin bayangan dramatis pada satu sisi objek? Apakah kamu ingin menambah satu atau dua sumber cahaya untuk menerangi objek lain dalam foto? Haruskah sekeliling objek ikut diterangi? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang harus kamu tanyakan pada diri sendiri saat memotret. Pikirkan kreativitas, hasil akhir, dan pastikan foto akan mudah di-edit saat kamu memprosesnya di Photoshop, Lightroom, atau editor lain.

Sumber :http://fotonela.com/542/belajar-strobe-dan-pencahayaan-untuk-pemula/

FOTOGRAFER AMATIR VS FOTOGRAFER PRO

FOTOGRAFER AMATIR VS FOTOGRAFER PRO


Fotografer pro dan fotografer amatir.
Menilik judul di atas, tentu semua bertanya-tanya pada diri sendiri ataupun kepada orang lain, apa yang membedakannya? Atau bertanya pada diri sendiri, saya termasuk dalam golongan amatir atau pro?
Mungkin sudah ada yang punya gambaran apa itu fotografer amatir atau fotografer pro. Secara umum bisa didefinisikan bahwa fotografer amatir adalah fotografer yang mencintai dan menekuni fotografi, tetapi tidak menghasilkan uang dari hasil karyanya. Sebaliknya dengan fotografer pro, mereka menghasilkan uang dari foto-foto mereka. Perlu diingat bahwa ini adalah definisi yang umum.
Tapi kadang kenyataan di lapangan, beberapa fotografer pro menghasilkan karya yang biasa-biasa saja. Bahkan fotografer amatir bisa menghasilkan karya yang luar biasa dan lebih konsisten dibandingkan dengan fotografer pro. Dengan demikian, definisi umum ini bisa menjadi rancu artinya. Maka dari itu, saya coba mendefinisikan perbedaan keduanya bukan hanya dari segi hasil/uang yang didapat, tetapi juga dari perbedaan pola pikir dan kebiasaan keduanya.
Fotografer pro biasanya bekerja dengan konsentrasi penuh dan cenderung menjelajahi sesuatu dengan lebih mendalam. Sedangkan fotografer amatir, konsentrasi mudah sekali terpecah, dan mengalihkan perhatian ke sesuatu yang lain. Misalnya, fotografer pro terus berlatih dan berlatih, sedangkan fotografer amatir hanya berlatih saat suasana hatinya sedang bagus (tergantung mood). Fotografer pro sibuk dengan kamera dan peralatannya, sedangkan amatir sibuk dengan Blackberry, Twitter, Facebook, Line, dan lain-lain. Pada saat praktik juga tidak serius.



Fotografer pro. Bila ia datang pada suatu tempat, ia akan mencoba menjelajahi tempat tersebut, memahami tempat tersebut lebih dalam, bahkan bila perlu menunggu di tempat itu lebih lama dari biasanya untuk memahami. Sedangkan yang amatir, akan hanya sekedar datang, motret sana motret sini, kemudian kembali pulang atau mengerjakan aktifitas lainnya. Fotografer pro tahu arah dan jalan mana yang harus di tempuh, walau pilihannya susah. Amatir cenderung mudah mengalihkan perhatian kepada yang lain dan bercabang.
Fotografer amatir cenderung sangat membutuhkan pengakuan dari kelompoknya. Maka dari itu, bermunculanlah foto-foto dengan watermak ‘blablabla photoworks’ dan sibuk men-tag teman-temannya di jejaring sosial dengan agresif. Ironisnya, jika mendapat ‘like’ dan pujian yang banyak, amatir cenderung puas. Padahal belum tentu fotonya bagus.
Salah satu yang paling bisa membedakan antara fotografer amatir dan fotografer pro adalah yang amatir seringkali mencari jalan pintas, sedangkan yang pro siap menjalani masa yang sulit dan panjang untuk mencapai keinginannya. Contohnya, amatir seringkali membandingkan peralatannya dengan peralatan orang lain. Kemudian mereka mencoba mengatasi masalah mereka dengan membeli kamera dan lensa yang baru dan berharap masalah mereka tuntas. Di lain pihak, fotografer pro menyadari bahwa peralatan fotografi  yang sesuai saja tidak cukup, tetapi juga harus ditunjang dengan seni dan teknik yang mumpuni dan harus terus diasah.
Fotografer amatir yang ingin menjadi fotografer pro harus siap menghadapi rintangan dan harus mau untuk terus praktik dan belajar. Apa kita bisa menjadi fotografer yang pro? Jawabnya BISA! Dan berita baiknya, menjadi pro itu GRATIS. Kita hanya perlu mengubah pola pikir, cara pandang, dan kebiasaan kita.
Pro:
  1. Berkonsentrasi tinggi, rutin praktik
  2. Mementingkan kedalaman suatu foto/cerita
  3. Konsisten menghasilkan karya yang baik
  4. Siap dan bersedia untuk menempuh jalan yang sulit dengan tujuan mendapatkan hasil foto yang bagus
  5. Mendapatkan banyak rintangan tapi tidak cepat mundur dan putus asa
Amatir:
  1. Sering teralihkan perhatiannya (distracted), hasil foto tidak konsisten dan biasanya tergantung mood
  2. Membutuhkan pengakuan dari kelompok, teman atas hasil karyanya
  3. Takut fotonya kurang bagus/kurang diterima, takut terlalu bagus sehingga dikritik atau dikucilkan
  4. Berusaha mencari jalan pintas supaya fotonya bagus, salah satunya dengan membeli alat fotografi yang mahal
  5. Saat menemukan rintangan, amatir cepat menyerah dan berhenti
Dari berbagai sumber :http://danangsujati.wordpress.com/2013/03/18/fotografer-amatir-vs-fotografer-pro/

Jun 18, 2014

5 MORE Common Mistakes Aspiring Travel Photographers Make (and How to Avoid Them)

Today we explore 5 more travel photography mistakes.
The holy pilgrimage town of Dwarka, India

6. Forgetting about communicating from within the frame – composition

When we travel, the new, exotic sights, sounds and smells can be overwhelming or they can get us so excited that we easily forget that with an image we’re not only capturing memories, but can also communicate what we want to say or how we feel about the subject in front of the camera. In other words we forget about the way we frame the shot, about composition.
It’s happened to me plenty of times during the early stages of my own photographic journey, particularly on my first trip to India. When I arrived in that amazing country there was just such a myriad of incredible characters and places, that excitement took over and I got a little “trigger happy”. I pointed the camera in the direction of anything and everything I found interesting, snapping away without ever considering what my photos would say and how they would be perceived by others.
When I returned and saw those images more objectively, I realised that only a small percentage of them was any good. A few times I managed to get strong shots on instinct and luck alone, but in most cases you’d see people’s vital body parts “cut off” because of how I’d frame the shot or there would be too much irrelevant visual clutter in the frame, making it unclear just what in the world the photo was actually about.
Eventually I learned that sometimes before pressing that shutter button it’s important to pause, regroup, get your thoughts together and consider what you actually want to say and communicate from within the frame of a photograph and how to do it in the best possible way.

7. Thinking that photos which capture dramatic or interesting moments are lucky shots

The image at the top of this article might seem like the result of pure luck, it’s easy to believe that I was simply in the right place at the right time, but that isn’t entirely true. I’m not denying that luck can play a big part when it comes to making these sorts of images, but it is certainly not the only factor. The more experienced photographers will usually tell you that great “images of moments” are created when luck meets preparation. Image #1 is the result of such a “meeting”.
I was prepared because I had a rough idea of what I wanted to photograph – I researched and I became familiar with the location. I knew that I’d find interesting characters like this Saddhu (Indian holy man/ascetic) in the area where I took the photo and I understood which scenes had the most photographic potential. The scene of those pigeons taking to the air is something I had observed several times before; they were always in the same spot every morning, because one man would always feed them at this time – I wanted to somehow work them into my image.
All that I needed to make the shot that I had envisioned was for all the necessary elements to align. You could say that I got lucky because of the way they did align. I must admit that there’s no way I would have imagined that the dog, (which I think adds a lot to the image) would appear in the scene like that. But ultimately it is because I was prepared that I was able and ready to take advantage of the situation when luck came my way.

8. Not taking enough photographs

What’s “enough” is of course subjective. My meaning of “not enough” is not doing any of the following; exploring different angles and viewpoints, photographing a person in action at different stages of that action, experimenting with the settings (exposure, ISO, shutter speed) and possibly even with different lenses.
One thing that I and most of the experienced travel photographers have learned through at times painful lessons is that it’s always better to take more photographs than what you need, for the simple fact that if you’ve got a photo-worthy situation, you’re not necessarily going to be able to recreate it or come back to it ever again, so make the most of your chances.
Mattress factory, Jodhpur, Rajasnthan, India
The examples above should give you a better understanding of what “enough” looks like.
I actually took much more photos than what you see here, but you can get the idea of what I was trying to do through the images that I’ve provided. I explored the scene photographically from different angles and captured the woman’s movement through different stages.
By doing this I gave myself the chance to create one or even a couple of images that I was particularly happy with.
The image to the right is the one that works best for me.

9. Not interacting or connecting with people when making portraits

Photographing people can be a daunting task and the interaction is often what a lot of us shy away from. It’s certainly possible to make powerful, candid portraits with a long lens without having any interaction with the subject whatsoever, but limiting ourselves to this technique means that we’re not giving ourselves the slightest chance to create something really special.
Sometimes the interaction and the connection the photographer makes with the subject are obvious in the photograph. There’s a certain trust and openness that often come out in the way the subject gazes through the lens. But the benefits of interacting and connecting also go beyond the obvious.
When the photographer establishes rapport with the subject, it means that he/she is no longer just a random passer-by, but someone who the subject sympathises with and this very fact can lead to the creation of photographs that would otherwise be impossible.
Ijen Crater, Java, Indonesia
The story behind the above image demonstrates the point rather well. The man in the photo is a sulphur miner who works at Indonesia’s famous Ijen crater. Over the few days I spent at this place I actually became friends with him.
Because of our friendship we were both comfortable with the idea of me following him around and taking photos as he made his journey to the crater. In a sense the photographic process became a collaboration; I’d sometimes ask him to slow down or to look in one direction or another as I was making photos and he gladly went along with my requests. When I recognised the perfect setting for a portrait (that dramatic mountain backdrop) I suggested that my friend take his usual cigarette break there rather than a few hundred meters ahead. Our “collaboration” allowed me an extra level of creative control over the scene and led to a more powerful image, but it’s not necessarily something I could have expected from a person with whom I didn’t interact or connect with before and I certainly could not have expected the same if I simply made the photo using a long lens from afar.

10. Not leaving the group

This applies more to people who go on group tours on group photo workshops. While such ways of traveling certainly have their benefits, there are also undoubtedly some disadvantages. Here are those which I find to be most significant:
  • It is extremely hard if not impossible to get intimate with the subject. The fact that there’s a whole group of people looking at or photographing the same person can feel rather confrontational and overwhelming to any “normal” person.
  • Usually you don’t have the freedom to be spontaneous because you’re not the only one making the decisions. While I’m all for planning and being organised, sometimes spontaneity can provide a great creative spark and leads to some unexpectedly special images.
  • Your experiences are less personal, not necessarily only because you’re following the group, but because being around other people inevitably influences the way one sees and experiences things.
Despite these disadvantages I’m not saying that one should never travel in a group altogether. What I am saying is that it would be really beneficial to set aside some time for yourself, to have your own, personal experiences in order, to make photos that resonate closely with you. How much time you set aside for yourself is up to you, but even a quick wander around the town in which you’re staying/stopping can lead to fascinating experiences and worthwhile photographic results.
Mumbai, India
I’ve chosen to include the above image because in some ways it embodies the beauty of just wandering around and searching for interesting photographic moments by yourself. It’s a photograph of a simple, subtle you could even say quiet, everyday-life moment and it’s interesting precisely because of that. It’s not something that I could have ever captured while traveling in a group – the child would have either run off or would have run towards the group out of immense curiosity. The very essence of what made the scene work – the quietness and subtlety would have been very quickly destroyed.

Sumber: http://digital-photography-school.com/more-travel-photography-mistake/

Tips sukses jadi fotografer berbayaran tinggi


Tips sukses jadi fotografer berbayaran tinggi

by Enche Tjin on September 5, 2013

Beberapa minggu yang lalu ada yang menanyakan ke saya tentang bagaimana mengatasi honor jasa fotografi yang ditekan vendor catering/bridal. Pertanyaannya menarik yakni seperti berikut:
Share aja saya mempunyai usaha wedding photography yang bekerjasama dengan beberapa catering, dimana yg menjadi permasalahan harga yg di ikat oleh catering utk jasa photography dan video sepertinya sudah di patok alias catering 1 dg lainnya mempunyai harga yg sama misal 2,5 jt utk output 2 album 20×30 @10 sheet dan 1 DVD Video kami sudah berusaha untuk naikan harga tapi catering lebih memilih photographer lain yg lebih murah krn prinsip catering selagi kliennya tidak komplain dia jln terus. akhirnya demi dapur ngebul kami pun ikuti harga itu yg penting tidak rugi. menurut penulis menanggapi permasalahan ini apa yang harus kami lakukan ?

- Kokonoza Photography – Abdul
Masalahnya saya urai seperti berikut ini:
  • Honor rendah, tidak sesuai dengan usaha/keahlian/waktu yang dikeluarkan.
  • Persaingan antara fotografer tinggi
Seiring dengan perkembangan teknologi, kamera digital dan aksesoris yang berkualitas semakin bagus dan terjangkau, banyak fotografer semi-pro atau profesional bermunculan bagaikan jamur di musim hujan. Dengan banyaknya fotografer yang tersedia, maka rata-rata harga jasa foto tentunya semakin rendah sesuai dengan hukum ekonomi. Untuk bisa lepas dari jeratan ini, fotografer pro perlu memiliki strategi dan taktik yang bagus untuk memenangkan persaingan dan tidak terikat harga.
Perencanaan strategi berkaitan dengan rencana jangka panjang, seperti pencitraan/branding, sedangkan taktik berkaitan dengan rencana jangka pendek, seperti promosi, menawarkan foto dengan efek khusus, lokasi atau pakaian yang langka, dan taktik lainnya.
Yang banyak dilupakan oleh fotografer semi-pro atau pro adalah branding, padahal ini paling penting untuk bertahan di jangka panjang. Branding atau pencitraan adalah semua detail dari usaha fotografi Anda. Bagaimana pembawaan diri, packaging, gaya fotografi, keunikan olah digital, pelayanan dan sebagainya. Tujuan branding adalah supaya calon pengantin bisa membedakan antara jasa yang Anda tawarkan dengan saingan yang lain. Dan yang paling penting adalah mengetahui kelebihan jasa fotografi Anda dan bersedia membayar lebih tinggi daripada pesaing.
Karena persaingan yang ketat dengan sebagian besar fotografer yang cenderung mau bekerja dengan honor yang sangat rendah, maka sebaiknya dibuat perencanaan untuk tidak tergantung pada vendor catering/bridal dll. Dengan strategi branding dan taktik yang kuat, usaha jasa fotografi Anda akan lebih berkembang dan mandiri.
Kesimpulan:
  • Jangan bergantung kepada vendor catering/bridal saja, cobalah lebih mandiri dengan berupaya mencari klien baru sendiri.
  • Harus selalu berupaya meningkatkan kualitas dan lebih kreatif untuk mengembangkan kualitas foto, baik dari segi teknis maupun artistik dari waktu ke waktu.
  • Tingkatkan upaya networking, marketing khususnya promosi dan branding, dan gunakan berbagai kanal seperti pertemanan, saudara, dan media (baik cetak maupun internet).
Bukan hal yang gampang untuk membalikkan honor yang kecil menjadi besar dalam sekejab. Dibutuhkan perencanaan yang matang, peningkatan kualitas yang terus menerus dan yang sering dilupakan yaitu dibutuhkan waktu.
Semoga sukses!

sumber :http://www.infofotografi.com/blog/2013/09/tips-sukses-jadi-fotografer-berbayaran-tinggi/

Begini Kiat Bisnis Foto Pre-Wedding

Begini Kiat Bisnis Foto Pre-Wedding

Feni Freycinetia Fitriani
Bisnis.com, JAKARTA - Pernikahan merupakan salah satu momen penting dalam perjalanan hidup seseorang. Tak jarang banyak pengantin yang ingin mengabadikan proses pernikahan. Selain mendokumentasikan prosesi pernikahan, kini banyak calon pengantin yang ingin memotret perjalanan kisah cinta mereka. Salah satu caranya adalah membuat foto pra-pernikahan atau yang populer dengan sebutan pre-wedding photo.

Semakin meningkatnya kebutuhan calon pengantin untuk membuat pre-wedding photo membuat bisnis fotografi semakin menggeliat. Hal ini dapat dilihat dengan semakin menjamurnya vendor-vendor khusus di bidang tersebut. Selain menjadi peluang bisnis baru, margin keuntungan yang didapat oleh vendor pun sangat menggiurkan. Itulah sebabnya, para vendor berlomba-lomba menawarkan paket pemotretan pre-wedding beragam harga dan fasilitas untuk menarik perhatian calon pengantin.

Salah satu pelaku usaha yang merengkuh manisnya bisnis foto pre-wedding adalah Arief Noor Hidayat, 28. Dua Pria lulusan Universitas Padjadjaran tersebut mulai menjejakkan kaki di bisnis fotografi pada 2008. Saat itu, mereka membangun sebuah studio foto di daerah Dipati Ukur, Bandung, Jawa Barat, yang dinamai Comes to Arra. Dia lantas mengajak salah satu teman kampusnya Budi Respati, 28, untuk menjadi fotografer.

Arief mengungkapkan, awalnya dia bermaksud untuk fokus sebagai penyedia jasa dokumentasi pernikahan. Namun, dia mengalami berbagai hambatan karena banyak calon pengantin yang sudah memakai jasa dokumentasi dari pihak lain.

“Mulanya saya ingin jadi vendor yang mendokumentasikan prosesi pernikahan. Ternyata bidang ini sulit dimasuki karena biasanya gedung pernikahan dan wedding orgaziner sudah memasukkan dokumentasi foto ke dalam paket pernikahan. Dari situ, saya mencari celah lain dan menemukan potensi di pre-wedding photography,” kata Arief.
Arief mengaplikasikan konsep foto natural untuk layanan pre-wedding photography di studionya. Inspirasi tersebut dia dapatkan kala dia melanjutkan S2 di Inggris. Berbeda dengan foto resepsi yang formal, Arief justru mengaplikasikan konsep natural yang mencerminkan kepribadian calon pengantin. “Tujuan utama klien ingin membuat pre-wedding adalah mengabadikan kisah mereka dari awal ketemu hingga menuju pelaminan. Itu sebab, foto pre-wedding yang kami tawarkan bukan foto yang kaku, melainkan foto yang natural dan kreatif,” ujarnya.

Berdasarkan hal tersebut, Budi Respati, fotografer di Comes to Arra, mengungkapkan tantangan terbesar memotret pre-wedding adalah proses pendekatan ke klien. “Teknik yang diaplikasikan di foto pre-wedding sebenarnya tidak terlalu sulit. Namun, fotografer justu seringkali mengalami kesulitan ketika mengarahkan gaya karena klien bukan model profesional. Fotografer harus pintar-pintar membaca karakter dan membuat suasana menjadi rileks agar calon pengantin bisa berpose sesuai dengan konsep foto yang diinginkan,” kata Budi.

Budi menambahkan, satu hal yang dia lakukan sebelum memotret pre-wedding adalah proses penggalian ide (brainstorming). Di tahap ini, dia bertemu dengan calon pengantin untuk mendiskusikan konsep foto yang mereka inginkan. Apapun konsep yang akan diusung, menurut Budi, harus menghasilkan foto yang bagus. Itulah sebabnya, dia sering kali memberikan gambaran atau solusi ke pada klien.

Untuk memudahkan proses pengambilan gambar, Comes to Arra menyediakan beberapa paket yaitu dalam ruangan (indoor), luar ruangan (outdoor), dan keduanya. Paket-paket tersebut dibandrol mulai dari Rp5,5 juta – Rp12,5 juta. Setiap paket akan mendapatkan jasa pemotretan selama satu hari, 1 buah photobook, 6 buah foto cetak besar .

Untuk jumlah klien, Arief mengungkapkan, setidaknya ada 15-20 klien yang dia foto setiap bulannya. Lokasi pemotretan pun berbeda-beda, mulai dari Bandung, Jakarta, hingga luar negeri. “Saya pernah mendapat klien yang meminta untuk difoto di Singapura, Turki, hingga Inggris. Untuk di luar Jakarta dan Bandung, akomodasi dan transportasi ditanggung oleh klien,” tutur Arief.
Ketika ditanya soal keuntungan, pria berkacamata ini mengatakan margin keuntungan yang dia dapat berkisar 30%. Keuntungan tersebut sudah dipotong oleh biaya gaji karyawan dan produksi cetak foto. Merujuk dari fakta ini, Arief mengungkapkan bisnis foto pre-wedding sangat menjanjikan. Saat ini, pre-wedding adalah penyumbang pendapatan terbesar di studionya. “Porsi pre-wedding bisa mencapai 50% persen. Sisanya untuk foto profil perusahaan dan produk,” tutupnya.
Editor : Setyardi Widodo

sumber :http://m.bisnis.com/tips-bisnis/read/20140102/263/195140/begini-kiat-bisnis-foto-pre-wedding


Fotografi Wedding: Apa & Bagaimana Memahaminya?

Fotografi Wedding: Apa & Bagaimana Memahaminya?

Foto Pre Wedding Outdoor di Candi Plaosan Jogja by Poetrafoto Photography
Contoh Foto Pre Wedding Outdoor di Candi Plaosan Jogja by Poetrafoto Photography
Ketika saya sedang membuka kfk.kompas.com, ada satu tulisan yang mewajibkan saya untuk membacanya dengan seksama. Tulisan ini berjudul “Memahami Fotografer Perkawinan” yang ditulis oleh Arbain Rambey. Mengapa saya wajib membacanya? Karena kebetulan sejak tahun 2008, saya mulai serius menggeluti bidang Fotografi Pernikahan (Wedding Photography) ini. Berikut saya posting ulang di sini artikelnya. Semoga bermanfaat. salam Mishbahul Munir Poetrafoto Photography.
Fotografi perkawinan pada beberapa sisi telah menjadi bisnis yang sangat menjanjikan. Umumnya orang menyerahkan masalah fotografi pernikahannya kepada orang lain. Tidaklah mengherankan bisnis fotografi wedding tidak pernah surut sejalan dengan tidak pernah surutnya niat orang untuk menikah, terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Dan, dengan makin maraknya pemakaian kamera digital, makin banyak orang mampu memotret dengan baik, maka bisnis fotografi perkawinan di Indonesia pun makin dijejali muka-muka baru dengan aneka tarif.
Percayalah, saat ini Anda bisa mendapatkan fotografer wedding gratis kalau akan menikah. Banyak pemula di bisnis ini rela tidak dibayar karena mereka sedang mengumpulkan portofolio untuk modal mengumpulkan contoh bagi pelanggan selanjutnya.
”Prewedding”
Selain itu, Anda harus maklum bahwa di negara mana pun tidak dikenal istilah prewedding photography (pre-wed). Istilah yang mengacu pada pemotretan pasangan sebelum pernikahan itu hanya ada di Indonesia.
Foto PreWedding Vintage Vespa Outdoor Jogja by Poetrafoto Yogyakarta
Foto PreWedding Vintage Vespa Outdoor Jogja by Poetrafoto Yogyakarta
Bisnis fotografi perkawinan di Indonesia pasti menyangkut juga bisnis foto pre-wed yang hasil pemotretannya biasanya menghiasi surat undangan dan dekorasi gedung resepsi. Maraknya bisnis fotografi perkawinan juga membuat marak pungutan-pungutan uang dari berbagai pihak.
Kini aneka tempat wisata, bahkan kompleks perumahan, umumnya menarik uang yang kadang sampai jutaan rupiah kalau tempat itu dipakai sebagai tempat memotret pasangan pengantin atau calon pengantin. Demikian pula gedung- gedung tempat perkawinan pasti menarik uang dalam jumlah tertentu kepada fotografer yang beruntung ditunjuk memotret di sana. Maka, kalau Anda akan terjun di bidang ini, bersiap-siaplah memasuki rimba pungutan.
Bisnis fotografi perkawinan memang sangat mengkilap sehingga akan banyak tangan-tangan ikut tengadah mengharapkan cipratan uang.
Cantik dan ganteng
Foto Paes Ageng Wedding Adat Jawa Jogja by Poetrafoto Photography Indonesia
Contoh Foto Paes Ageng Wedding Adat Jawa Jogja by Poetrafoto Photography Indonesia
Rubrik Klinik Fotografi Kompas (KFK) kali ini dibuat berdasarkan wawancara dengan Deddy Barros, seorang fotografer perkawinan papan atas Indonesia, terutama untuk perkawinan adat. Pria mantan pemusik ini hampir selalu bisa ditemui sedang memotret kalau ada perkawinan di gedung-gedung terkemuka di Jakarta dan kota-kota besar lain di Indonesia.
Menurut Deddy, ada beberapa hal terpenting dalam fotografi perkawinan. Hal terpenting dalam bisnis ini adalah mempelai harus terlihat menawan.
”Fotografer perkawinan harus bekerja sama dengan periasnya. Kalau perlu menjadi tim tetap agar saling tahu untuk mendapatkan hasil terbaik. Saya selalu menjalin hubungan dengan perias-perias tertentu sehingga saya tahu persis karakter cara merias mereka,” papar pria asal Tasikmalaya ini.
Hal kedua adalah masalah pendekatan pribadi karena selera manusia sangat beragam.
Kita perlu menunjukkan contoh-contoh tipe pemotretan yang meliputi gaya pengambilan. Bisa klasik, bisa kontemporer, bisa gabungan keduanya. Maka, seorang fotografer perkawinan harus punya banyak portofolio untuk memudahkan pelanggan memilih gaya pemotretannya,” kata Deddy.
Hal ketiga adalah jangan sampai ada adegan terlewatkan. Fotografi perkawinan adalah kenang-kenangan seumur hidup. Adegan-adegan seperti seserahan, siraman pada beberapa adat, detail pelaminan, dan juga foto mempelai bersama keluarga dekat, kalau sampai terlewatkan sungguh tak termaafkan. Dengan begitu banyaknya tipe perkawinan adat di Indonesia, seorang fotografer perkawinan harus menguasai urutan-urutan aneka adat itu, kalau perlu membayar ahlinya untuk pengarahan di lapangan.
Variasi sudut pemotretan
Jangan lupa memotret detail alat-alat yang digunakan, tapi juga jangan lupa memotret suasana keseluruhan,” papar Deddy.
Paparan Deddy yang terakhir ini adalah hal penting keempat.
Dalam sebuah fotografi perkawinan, aneka komposisi dan sudut pemotretan harus diambil agar foto yang dihasilkan tidak membosankan. Harus ada pemotretan close-up, dan harus ada pemotretan dengan lensa lebar di samping pemotretan-pemotretan sudut normal. Bisnis fotografi perkawinan menuntut adanya tim yang kompak dengan aneka lensa pendukung.
Pertanyaan yang juga mengusik untuk pemula di bidang ini adalah, berapa tarif wajar untuk fotografi perkawinan?
Bisnis ini bisa memberikan uang dalam jumlah yang sangat besar. Pelanggan fanatik tidak pernah menawar. Tapi untuk bisa ke sana, mulailah dengan tarif rendah dulu sambil menunjukkan hasil yang memuaskan. Jangan pernah mengecewakan pelanggan karena itu akan tersiar dari mulut ke mulut,” tutur Deddy.
Cara menentukan tarif?
”Cobalah bertanya kepada diri sendiri dulu, berapa Anda mau dihargai. Memang sulit menilai harga diri sendiri, tapi kalau itu sudah dilalui, Anda siap berbisnis,” kata Deddy mengakhiri pembicaraan dengan Kompas pekan lalu. (Arbain Rambey)

Sumber :http://blog.poetrafoto.com/fotografi-wedding-apa-bagaimana-memahaminya/

FOTO BABY 2 MONTHS OLD